Tuesday, November 15, 2016

TANAH LEMPUNG



 TANAH LEMPUNG
Oleh Rahmadina Alliah / 16613020

a. Tanah Lempung
Lempung adalah tanah yang berukuran kurang dari 0,002 mm dan mempunyai partikel-partikel tertentu yang menghasilkan sifat-sifat plastis pada tanah bila dicampur dengan air (Grim, 1953 dalam Das, 1993).
Menurut (Chen, 1975 dalam Supriyono, 1997) untuk tanah lempung ekspansif, kandungan mineralnya adalah montmorilonit yang mempunyai luas permukaan yang lebih besar dan sangat mudah menyerap air dalam jumlah banyak, bila dibandingkan dengan mineral lainnya, sehingga tanah mempunyai kepekaan terhadap pengaruh air dan sangat mudah mengembang. Potensi pengembangannya sangat erat hubungannya dengan indeks plastisitasnya, sehingga suatu tanah lempung dapat diklasifikasikan sebagai tanah yang mempunyai potensi mengembang tertentu didasarkan Indeks Plastisitasnya.

 b. Stabilisasi Kimia
Stabilisasi tanah dengan  menggunakan bahan kimia adalah untuk merubah interaksi air dengan tanah terhadap reaksi permukaan. Karena itu aktivitas permukaan dari partikel tanah, muatan kutub dan penyerapan serta daerah penyerapan air memegang peranan penting. Sama pentingnya adalah penggabungan luas partikel sehingga dapat merubah menjadi suatu kesatuan untuk mencapai keseimbangan gaya tarik antar butir. (Kedzi, 1979).
Agar terjadi interaksi yang baik antara air dan tanah, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
 1. Tanah yang dirawat dengan bahan kimia, mempunyai ikatan yang lebih kuat pada permukaan partikel tanah dari pada akibat  pengaruh air, sehingga sensitivitasnya berkurang. Bahan campuran menggantikan molekul-molekul air pada permukaan butiran dan tidak diperbolehkan membentuk ikatan baru sehingga tanah tidak lembab.
 2. Tanah yang dirawat dengan ionion bermuatan positip nonhydrated, ditarik kepermukaan oleh muatan negatip dan diganti dengan ion-ion lain. Melalui transformasi seperti itu sensitivitas tanah terhadap air akan menurun dan satu ketika akan kering.
3. Tanah yang dirawat dengan molekul besar gabungan ion-ion, makro molekul ini mengikat partikel tanah dengan elektrostatik dan gaya polar, sehingga menghasilkan agregat. Tanah menjadi porous, tetapi tetap impermeable dan struktur menjadi stabil.
4. Interaksi air dan tanah akhirnya dapat diubah dengan memisah ikatan cation (Mg,Ca) bervalensi banyak pada permukaan partikel tanah, melalui penambahan bahan kimia tertentu. Dengan demikian adanya air bebas menjadi meningkat dan campuran berbentuk cair.
 O‟Flaherti (1974) menyatakan bahwa Penambahan Chloride pada tanah dapat mengubah sifat plastisitas. Apabila ditambahkan CaCl2 akan berlangsung reaksi pertukaran cation yang menyebabkan terjadinya reduksi terhadap Indeks Plastisitas karena cation-cation Calsium mempunyai keistimewaan menyerap permukaan partikel tanah. Hasil penelitian (Lestari, 1991) menunjukkan bahwa hasil yang baik diperoleh pada tanah semen dengan kimia KOH atau Na2CO3 pada konsentrasi 1 gmol/l. Hasil penelitian (Ma‟mun, 1990) menunjukkan bahwa pengaruh bahan kimia dilihat pada sifat konsolidasi dan membuktikan bahwa deformasi yang terjadi dapat lebih kecil dengan menurunnya nilai indeks pemampatan. Kadar kimia optimum dihasilkan oleh CaCl2 pada konsentrasi 2 gmol/l. 

c. Identifikasi tanah lempung
Sifat-sifat tanah bergantung pada ukuran butirannya. Besar butiran dijadikan dasar untuk pemberian nama dan klasifikasi tanah. Analisis butiran tanah adalah persentase berat butiran pada satu unit saringan dengan ukuran diameter lubang tertentu. Distribusi ukuran untuk tanah berbutir halus ditentukan dengan sedimentasi atau hidrometer, distribusi ukuran butir tanah digambarkan dalam bentuk kurva semi logaritmik, sedangkan untuk mengidentifikasikan susunan mineralogisnya dilakukan difraksi sinar X.

d. Batas Atterberg
 Sifat plastisitas tanah lempung, yaitu kemampuan tanah dalam menyesuaikan perubahan bentuk pada volume yang konstan tanpa retak-retak atau remuk. Kedudukan fisik tanah berbutir halus pada kadar air tertentu disebut konsistensi. Menurut Atterberg batas-batas konsistensi tanah berbutir halus tersebut adalah batas cair, batas plastis, dan batas susut. Indeks plastisitas adalah selisih batas cair dan batas plastis (interval kadar air pada kondisi tanah masih bersifat plastis), karena itu menunjukan sifat keplastisan tanah.

 e. Stabilisasi Tanah Lempung
Secara umum, stabilisasi tanah dikelompokan menjadi tiga bagian yaitu stabilisasi fisis, stabilisasi mekanis dan stabilisasi kimiawi. Stabilisasi fisis yaitu mencampur bahan tanah berkarakterisktik jelek dengan  tanah berkarakteristik baik (gradasi yang lebih baik). Stabilisasi mekanis adalah usaha meningkatkan kemampuan geser dan kohesi, sedangkan stabilisasi kimiawi mengandalkan bahan stabilisator yang dapat mengurangi sifat-sifat tanah yang kurang menguntungkan dan biasanya disertai dengan pengikatan terhadap butiran. Pada stabilisasi kimiawi, salah satu bahan campuran yang banyak digunakan adalah kapur. Kapur sebagai stabilisator dapat berupa kapur tohor (CaO) atau kapur padam (Ca(OH)2), yang merupakan produk pembakaran batu kapur.
Metode pencampuran kapur untuk stabilisasi kimiawi dapat dilakukan dengan salah satu cara sebagai berikut: tanah dicampur dengan kapur di suatu tempat kemudian diangkut ke tempat pekerjaan, kapur dicampur dengan tanah pada lubang galian tanah lalu diangkut ke tempat pekerjaan, atau tanah dihamparkan di tempat pekerjaan, kemudian ditaburi kapur dan dicampur.
Menurut (Bowles,1984), stabilisasi dapat terdiri dari salah satu tindakan berikut :
 - Meningkatkan kerapatan tanah;
 - Menambah material yang tidak aktif, sehingga meningkatkan  kohesi atau tahanan gesek yang timbul;
- Menambahkan bahan agar terjadi perubahan-perubahan kimiawi dan atau fisik tanah;
- Menurunkan muka air tanah; - Mengganti tanah yang buruk.  



Sumber :
Bowles, J.E., 1984, Physical and Geotechnical Properties of Soil, Mc Graw-Hill, USA.
 Craigh, R.F., 1987, Mekanika Tanah, Edisi 4 Erlangga, Jakarta.
Das, B.M., 1985, Principles of Geotechnical Engineering, PWS Publisher, Boston.
              Butterworths Pty. Limited, Melbourne. Kezdi, A., 1979, Stabilized Earth Roads, Scientific Publishing Company, Amsterdam –   London - New York
. Lestari, A, S., 1991, Stabilisasi Tanah Semen dan Kimia Pada Tanah Lempung Bandung, Tesis Jurusan Teknik Sipil ITB, Bandung
Ma‟muh, 1990, Stabilisasi Lempung Bandung Menggunakan Kapur dan Campuran bahan Kimia, Tesis Jurusan Teknik Sipil ITB, Bandung

No comments:

Post a Comment