TANAH LEMPUNG
Oleh
Rahmadina Alliah / 16613020
a.
Tanah Lempung
Lempung adalah tanah yang berukuran kurang dari
0,002 mm dan mempunyai
partikel-partikel tertentu yang menghasilkan sifat-sifat plastis pada tanah
bila dicampur dengan air (Grim, 1953 dalam Das, 1993).
Menurut (Chen, 1975
dalam Supriyono, 1997) untuk tanah lempung ekspansif, kandungan mineralnya
adalah montmorilonit yang mempunyai luas permukaan yang lebih besar dan sangat
mudah menyerap air dalam jumlah banyak, bila dibandingkan dengan mineral
lainnya, sehingga tanah mempunyai kepekaan terhadap pengaruh air dan sangat
mudah mengembang. Potensi pengembangannya sangat erat hubungannya dengan indeks
plastisitasnya, sehingga suatu tanah lempung dapat diklasifikasikan sebagai
tanah yang mempunyai potensi mengembang tertentu didasarkan Indeks
Plastisitasnya.
b. Stabilisasi Kimia
Stabilisasi tanah dengan menggunakan bahan kimia adalah untuk merubah
interaksi air dengan tanah terhadap reaksi permukaan. Karena itu aktivitas
permukaan dari partikel tanah, muatan kutub dan penyerapan serta daerah
penyerapan air memegang peranan penting. Sama pentingnya adalah penggabungan
luas partikel sehingga dapat merubah menjadi suatu kesatuan untuk mencapai
keseimbangan gaya tarik antar butir. (Kedzi, 1979).
Agar terjadi interaksi yang baik antara air dan
tanah, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Tanah yang
dirawat dengan bahan kimia, mempunyai ikatan yang lebih kuat pada permukaan
partikel tanah dari pada akibat pengaruh air, sehingga
sensitivitasnya berkurang. Bahan campuran menggantikan molekul-molekul air pada
permukaan butiran dan tidak diperbolehkan membentuk ikatan baru sehingga tanah
tidak lembab.
2. Tanah yang
dirawat dengan ionion bermuatan positip nonhydrated, ditarik kepermukaan oleh
muatan negatip dan diganti dengan ion-ion lain. Melalui transformasi seperti
itu sensitivitas tanah terhadap air akan menurun dan satu ketika akan kering.
3. Tanah yang dirawat dengan molekul besar gabungan
ion-ion, makro molekul ini mengikat partikel tanah dengan elektrostatik dan
gaya polar, sehingga menghasilkan agregat. Tanah menjadi porous, tetapi tetap
impermeable dan struktur menjadi stabil.
4. Interaksi air dan tanah akhirnya dapat diubah
dengan memisah ikatan cation (Mg,Ca) bervalensi banyak pada permukaan partikel
tanah, melalui penambahan bahan kimia tertentu. Dengan demikian adanya air
bebas menjadi meningkat dan campuran berbentuk cair.
O‟Flaherti
(1974) menyatakan bahwa Penambahan Chloride pada tanah dapat mengubah sifat
plastisitas. Apabila ditambahkan CaCl2 akan berlangsung reaksi pertukaran
cation yang menyebabkan terjadinya reduksi terhadap Indeks Plastisitas karena
cation-cation Calsium mempunyai keistimewaan menyerap permukaan partikel tanah.
Hasil penelitian (Lestari, 1991) menunjukkan bahwa hasil yang baik diperoleh
pada tanah semen dengan kimia KOH atau Na2CO3 pada konsentrasi 1 gmol/l. Hasil
penelitian (Ma‟mun, 1990) menunjukkan bahwa pengaruh bahan kimia dilihat pada
sifat konsolidasi dan membuktikan bahwa deformasi yang terjadi dapat lebih
kecil dengan menurunnya nilai indeks pemampatan. Kadar kimia optimum dihasilkan
oleh CaCl2 pada konsentrasi 2 gmol/l.
c.
Identifikasi tanah lempung
Sifat-sifat tanah bergantung pada ukuran butirannya.
Besar butiran dijadikan dasar untuk pemberian nama dan klasifikasi tanah.
Analisis butiran tanah adalah persentase berat butiran pada satu unit saringan
dengan ukuran diameter lubang tertentu. Distribusi ukuran untuk tanah berbutir
halus ditentukan dengan sedimentasi atau hidrometer, distribusi ukuran butir
tanah digambarkan dalam bentuk kurva semi logaritmik, sedangkan untuk
mengidentifikasikan susunan mineralogisnya dilakukan difraksi sinar X.
d.
Batas Atterberg
Sifat
plastisitas tanah lempung, yaitu kemampuan tanah dalam menyesuaikan perubahan
bentuk pada volume yang konstan tanpa retak-retak atau remuk. Kedudukan fisik
tanah berbutir halus pada kadar air tertentu disebut konsistensi. Menurut
Atterberg batas-batas konsistensi tanah berbutir halus tersebut adalah batas
cair, batas plastis, dan batas susut. Indeks plastisitas adalah selisih batas
cair dan batas plastis (interval kadar air pada kondisi tanah masih bersifat plastis), karena itu
menunjukan sifat keplastisan tanah.
e. Stabilisasi
Tanah Lempung
Secara umum,
stabilisasi tanah dikelompokan menjadi tiga bagian yaitu stabilisasi fisis,
stabilisasi mekanis dan stabilisasi kimiawi. Stabilisasi
fisis yaitu mencampur bahan tanah berkarakterisktik jelek dengan tanah berkarakteristik baik (gradasi yang
lebih baik). Stabilisasi mekanis adalah usaha meningkatkan kemampuan geser dan
kohesi, sedangkan stabilisasi kimiawi mengandalkan bahan stabilisator yang
dapat mengurangi sifat-sifat tanah yang kurang menguntungkan dan biasanya
disertai dengan pengikatan terhadap butiran. Pada stabilisasi kimiawi, salah
satu bahan campuran yang banyak digunakan adalah kapur. Kapur sebagai
stabilisator dapat berupa kapur tohor (CaO) atau kapur padam (Ca(OH)2), yang
merupakan produk pembakaran batu kapur.
Metode pencampuran
kapur untuk stabilisasi kimiawi dapat dilakukan dengan salah satu cara sebagai
berikut: tanah dicampur dengan kapur di suatu tempat kemudian diangkut ke
tempat pekerjaan, kapur dicampur dengan tanah pada lubang galian tanah lalu
diangkut ke tempat pekerjaan, atau tanah dihamparkan di tempat pekerjaan,
kemudian ditaburi kapur dan dicampur.
Menurut
(Bowles,1984), stabilisasi dapat terdiri dari salah satu tindakan berikut :
- Meningkatkan kerapatan tanah;
- Menambah material yang tidak aktif, sehingga
meningkatkan kohesi atau tahanan gesek
yang timbul;
- Menambahkan bahan
agar terjadi perubahan-perubahan kimiawi dan atau fisik tanah;
- Menurunkan muka
air tanah; - Mengganti tanah yang buruk.
Sumber :
Bowles, J.E., 1984,
Physical and Geotechnical Properties of Soil, Mc Graw-Hill, USA.
Craigh, R.F., 1987, Mekanika Tanah, Edisi 4
Erlangga, Jakarta.
Das, B.M., 1985,
Principles of Geotechnical Engineering, PWS Publisher, Boston.
Butterworths Pty. Limited,
Melbourne. Kezdi, A., 1979, Stabilized Earth Roads, Scientific Publishing
Company, Amsterdam – London - New York
. Lestari, A, S.,
1991, Stabilisasi Tanah Semen dan Kimia Pada Tanah Lempung Bandung, Tesis
Jurusan Teknik Sipil ITB, Bandung
Ma‟muh, 1990,
Stabilisasi Lempung Bandung Menggunakan Kapur dan Campuran bahan Kimia, Tesis
Jurusan Teknik Sipil ITB, Bandung
No comments:
Post a Comment